Breaking News

Banjir Bandang Sumatera Utara: Teror Air di Tengah Hancurnya Batang Toru



Sumut 27/11/2025, MedanPers. Id
Sumatera Utara kembali berduka. Hujan deras yang mengguyur sejak tanggal 23 hingga 26 November 2025 telah mengubah wajah 11 kabupaten/kota, termasuk Batang Toru dan Tapanuli Selatan, menjadi lautan lumpur dan air. 34 jiwa melayang, ribuan keluarga harus mengungsi meninggalkan rumah yang tenggelam air setinggi dada orang dewasa.

Di tengah derasnya arus yang membanjiri desa-desa, suara tangisan anak-anak mengisi kepedihan. Jalan yang dahulu menghubungkan desa kini berperan sebagai sungai deras yang membawa lumpur, kayu patah, dan reruntuhan rumah. 

Seorang pria tua duduk di pelataran yang nyaris tenggelam, menggenggam cangkir kopi panas sebagai pelipur lara di tengah kehancuran yang menyelimuti sekitarnya.Bencana ini bukan sekadar lantunan alam, melainkan panggilan keras dari bumi yang sedang terluka. 

Hutan Batang Toru yang hijau nan lebat mulai terkikis oleh tangan manusia. Aktifitas pertambangan, pembangunan PLTA, dan perkebunan eukaliptus telah mengikis tanah menjadi rapuh, tak mampu menahan curah hujan luar biasa. Longsor dan banjir bandang pun kembali menghantam, membawa musibah yang mengingatkan pada tragedi serupa di masa lalu—longsor 2009 dan banjir 2018.
Data tutupan hutan menunjukkan penurunan drastis hingga 21,93% selama dekade terakhir, sebagian besar berubah menjadi perkebunan eukaliptus yang menyedot kesuburan tanah. 

Kondisi ini memperparah risiko bencana yang kini makin sering dan intens. Sinyal peringatan alam ini diabaikan berakibat fatal, seperti yang kini dialami oleh masyarakat Sumatera Utara.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyerukan perlunya evaluasi ketat terhadap izin perusahaan, perlindungan hutan tropis, dan pemulihan ekosistem sebagai upaya mitigasi agar tragedi ini tidak terulang kembali. Setiap rumah yang tenggelam, setiap nyawa yang hilang adalah pesan nyata bahwa alam telah bersuara, menuntut perhatian serius dari kita semua.

Masa depan Sumatera Utara kini bergantung pada tindakan nyata—menghentikan perusakan lingkungan, meningkatkan kesiapsiagaan bencana, dan menjaga harmoni antara manusia dengan alam. Jika tidak, sejarah penderitaan ini akan terus berulang, merenggut lebih banyak nyawa dan harapan. 

IAB
© Copyright 2022 - MEDAN PERS