
Medan pers Aceh Timur, 23 Agustus 2025 – Dunia pendidikan kembali tercoreng oleh dugaan praktik manipulasi yang dilakukan Kepala SMKN Taman Fajar, Azwar. Ia dituding melakukan pembodohan sistematis terhadap guru-guru di bawah kepemimpinannya dengan cara memanipulasi kehadiran pelatihan.
Kasus ini mencuat setelah sejumlah guru mengaku hanya mengikuti pelatihan coding yang dipandu pengawas SMK, Erliadi, ST. MT., selama setengah hari. Namun, mereka dipaksa menandatangani daftar hadir seolah-olah mengikuti pelatihan selama empat hari penuh.
“Kami hanya mengikuti pelatihan setengah hari, tapi diminta untuk teken absen empat hari. Ini tidak adil dan membuat kami merasa dibodohi,” ungkap seorang guru yang meminta namanya dirahasiakan karena takut mendapat tekanan.
Lebih jauh, guru tersebut menambahkan adanya dugaan keuntungan finansial dari manipulasi laporan kehadiran. Praktik ini, menurutnya, bukan hanya bentuk pengkhianatan terhadap kepercayaan guru, tetapi juga mencederai integritas dunia pendidikan.
Ironisnya, menurut kesaksian guru lain, Azwar bahkan menekan para peserta dengan ancaman tidak akan menerima dana transport sebesar Rp 50.000 bila menolak menandatangani absen penuh. “Kalau tidak mau absen empat kali, jangan harap dapat dana transport,” ujar salah satu guru menirukan ucapan kepala sekolah tersebut.
Tak berhenti di situ, beberapa hari setelah pelatihan, Azwar mengirimkan sertifikat kepada guru-guru melalui grup WhatsApp sekolah. Dalam sertifikat itu tertulis bahwa pelatihan berlangsung empat hari. Fakta ini semakin memperkuat dugaan adanya rekayasa administratif yang disengaja.
Ketika dikonfirmasi, pemateri sekaligus pengawas tingkat SMK, Erliadi, membenarkan bahwa kegiatan pelatihan sebenarnya hanya berlangsung satu hari. “Kegiatan memang hanya satu hari,” tegasnya saat ditemui awak media.
Sementara itu, setiap kali awak media mencoba mencari Azwar di sekolah, keberadaannya selalu tak jelas. Para guru pun memilih menghindar saat melihat wartawan karena takut dimintai keterangan lebih lanjut. Hingga berita ini diturunkan, upaya konfirmasi melalui sambungan telepon ke nomor pribadi Azwar juga tidak berhasil.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai transparansi, integritas, dan akuntabilitas pengelolaan SMKN Taman Fajar. Jika benar adanya rekayasa absensi demi keuntungan tertentu, maka praktik ini dapat dikategorikan sebagai bentuk penipuan yang merugikan guru sekaligus merusak marwah dunia pendidikan.
Social Header