Breaking News

Hidup Bermakna Umur 100 tahun, tapi gak pakai tongkat? Gimana caranya!?


Jakarta, Polemik. Id
Dari dokter Erta, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Klinik Kiera, saya mau ajak kamu ngobrol soal satu sosok luar biasa: Tun Mahathir Mohamad. Di usia 100 tahun, beliau masih bisa berpikir jernih, jalan sendiri, bahkan kerja! Banyak yang penasaran, apakah beliau minum ramuan rahasia? Atau tiap pagi berendam di air kelapa muda? Ternyata, jawabannya lebih sederhana dari itu—dan bisa kita tiru kalau mau.

Waktu ditanya soal resep panjang umur, Mahathir jawabnya santai: jangan duduk terlalu lama, tetap aktif, makan jangan kebanyakan, dan jangan malas mikir. Iya, mikir. Otak juga butuh olahraga. Bukan cuma badan yang harus digerakkan, tapi juga pikiran. Makanya beliau rajin baca, nulis, kasih ceramah, debat, dan ngasih komentar politik walaupun sudah pensiun. Kita? Baru buka WhatsApp grup keluarga aja udah migren.

Satu hal yang bikin kagum, berat badan beliau dari muda sampai sekarang cuma 62 kg. Stabil, kayak listrik PLN pas gak ada hujan. Itu artinya disiplin makan dan hidup sehat itu bukan teori doang buat beliau. Sementara banyak dari kita yang berat badannya naik setiap ada tanggal merah, alasannya? "Kan hari libur, boleh dong makan enak." Ya boleh sih, tapi jangan tiap hari libur dianggap lebaran.

Mahathir juga gak merokok dan gak minum alkohol. Gaya hidupnya bersih. Yang diminum? Pharmaton. Itu pun katanya bukan tiap hari. Bukan minum jus daun jambu sambil telanjang dada di gunung seperti influencer herbal, tapi ya gaya hidup wajar-wajar aja. Gak neko-neko, tapi konsisten.

Tidurnya cukup, bangunnya pagi. Ada waktu khusus untuk tidur siang juga. Dan waktu ditanya apa dia masih kerja di usia segitu, dia jawab, “I’m back to work.” Kita? Umur 30-an, baru di-briefing 15 menit aja udah mulai mikir resign dan jualan cilok.

Beliau juga punya tujuan hidup yang jelas. Hidup itu bukan sekadar panjang, tapi juga bermakna. Makanya beliau terus kerja, terus menyumbang ide, terus ngasih pengaruh. Banyak orang yang kalau udah tua, bilangnya “Saya cuma pengen santai aja.” Santai boleh, tapi kalau semua hari dijadiin hari Minggu, ya jadi sayur lodeh dingin, gak bergairah.

Tantangan hidup beliau gak main-main. Udah tiga kali operasi jantung, pernah kena COVID, pernah kena infeksi paru juga. Tapi mental dan semangatnya gak pernah tumbang. Ada orang baru flu dikit langsung update status: “Mungkin ini akhirku.” Bro, tenang, baru bersin tiga kali.

Yang lucu, waktu ditanya kenapa bisa sehat terus, dia jawab, “Karena saya gak makan banyak.” Simpel banget ya. Tapi coba deh, lain kali waktu makanan enak disodorin, pikirin Mahathir. Kalau dia bisa tahan godaan nasi lemak, masa kita gak bisa tahan cilok kuah?

Beliau juga gak suka stres-stresan. Kalau capek, ya istirahat. Kalau banyak pikiran, ya jalan kaki sambil mikir. Bukan dibawa tidur lalu mimpi dikejar tuyul sambil teriak-teriak. Stres itu bikin jantung kita gak cuma rusak, tapi juga drama.

Ada satu kalimat beliau yang patut dicatat: “Kalau hidupmu berguna, kamu akan terus ingin hidup.” Nah, ini nih. Kuncinya bukan cuma sehat fisik, tapi juga sehat batin. Punya makna dalam hidup, itu yang bikin seseorang terus semangat walau umur udah tiga digit.

Gaya hidup Mahathir ini gak muluk-muluk. Gak perlu gym mahal, gak perlu makanan organik seharga motor, cukup disiplin, aktif, jaga pikiran, dan makan sewajarnya. Tapi sayangnya, justru yang begini sering diabaikan. Kita lebih percaya ramuan dari dukun online ketimbang pola hidup yang udah terbukti.

Kadang kita terlalu fokus sama usia, sampai lupa memperbaiki kualitas hidup. Mahathir ngajarin kita, bahwa usia panjang itu bonus, tapi isi hidup yang kita jalani tiap hari—itu yang penting. Dan semua itu dimulai dari keputusan kecil: bangun pagi, jalan kaki, nahan nasi tambah, dan aktif berpikir.

Banyak yang pengen hidup panjang, tapi sedikit yang mau hidup sehat. Banyak yang iri lihat Mahathir umur 100 masih segar, tapi pas disuruh jalan pagi malah jawab, “Lutut saya pengennya di kasur, Dok.” Lah, gimana mau sehat kalau niat aja udah tiarap.

Mahathir bukan superhero. Beliau juga manusia biasa, tapi punya disiplin luar biasa. Dan ternyata, rahasia umur panjang itu gak ribet. Kita cuma perlu konsisten, sabar, dan berhenti cari shortcut. Karena dalam hidup, gak ada yang instan—kecuali mie. Itu pun kalau dimasak.

Kalau hari ini kamu masih bisa jalan, makan enak, dan ketawa, syukuri dan rawat. Jangan tunggu sakit dulu baru panik cari info kesehatan. Mulailah dari hal kecil, kayak jalan kaki habis makan, atau belajar bilang “cukup” sebelum perut bilang “tolong.”

Hidup sehat itu bukan soal umur berapa kita mati, tapi seberapa hidup kita saat masih hidup. Mahathir udah buktiin itu. Seratus tahun bukan buat dikagumi aja, tapi buat ditiru.

Kita gak tahu akan sampai umur berapa, tapi kita tahu kita bisa memilih caranya. Dan semoga, kita bisa sampai di sana, *di usia yang panjang, dengan tubuh yang bugar, hati yang ringan, dan hidup yang bermakna*.
© Copyright 2022 - MEDAN PERS