
Banda Aceh, 15 Desember 2025,MedanPers.Id
Bayangkan desa-desa terpencil Aceh, jembatan amblas, listrik mati berminggu-minggu, sinyal hilang—ratusan ribu pengungsi kelaparan menunggu bantuan yang terjebak birokrasi. Itulah krisis yang digambarkan Dewan Profesor Universitas Syiah Kuala (USK) dalam surat terbuka membara kepada Presiden Prabowo.

Mereka desak:
buka pintu lebar untuk WHO, UNICEF, dan IFRC—sekarang juga. Korban jiwa? 1.006 jiwa, data BNPB terbaru.
Fakta Lapangan yang Mencekam:Ketua Dewan Profesor USK, Prof. Dr. Ir. Izarul Machdar, tak main-main.
"Kondisi lapangan melampaui kemampuan nasional. Pusat klaim 'masih bisa tangani sendiri', tapi daerah terisolasi, obat-obatan numpuk di pelabuhan!" tulisnya dalam surat yang viral Senin ini (machdar@usk.ac.id).

Pemerintah Aceh sudah jerit ke PBB via Serambinews.com, tapi clearance macet. Longsor putus jalan, banjir blokir helikopter—potensi badai BMKG bikin horor bertambah.11 'Pukulan' Rekomendasi Profesor:Langsung Buka Gerbang: Bandara, pelabuhan, jalan utama untuk bantuan global.Pusat Komando Darurat: Humanitarian Logistics Center di Aceh, gabung BNPB-TNI-lintas batas.Zero Birokrasi: Potong izin bea cukai, tracking real-time via app terintegrasi.Stok Darurat: Aid Staging Areas di Banda Aceh-Lhokseumawe-Bener Meriah.Hidupkan
Jantung: Listrik & sinyal prioritas, helikopter ke desa mati.Transparansi Total: Audit bantuan, undang tech asing.Aktivis lokal, yang minta anonim, senggol Tempo: "Jokowi, ini bukan gempa 2004 lagi. Birokrasi bunuh lambat!" Istana bungkam. BNPB klaim 70% jalur pulih—tapi foto lapangan bilang: bohong. Machdar tegas: "Ini moral akademisi selamatkan nyawa."
Butet
Social Header